Rabu, 13 April 2011

Sholat yang Seringkali Diremehkan

Assalamu’alaikum dan salam sejahtera,

Permisi teman-teman, saya mau mencoba membuat postingan. Mohon maaf kalau kurang menarik. Terima kasih kalau dianggap bisa memberi manfaat. Silakan disimak.


Tulisan ini tidak bermaksud memojokkan pihak tertentu, apalagi Islam, karena saya sendiri pun seorang muslim. Judul tulisan di atas tidak lebih dari bentuk keprihatinan saya melihat semakin rapuhnya tiang utama agama yang saya anut. Saya bukan seorang alim ulama. Saya juga bukan orang yang sholatnya bagus. Oleh karena itu, tulisan ini juga sekaligus kritik untuk saya sendiri.

Begitu banyak saya melihat fenomena orang meremehkan atau bahkan meninggalkan sholat. Ironisnya, sebagian di antara mereka adalah para pemimpin kita. Contoh gampangnya, lihat saja siding DPR atau acara lain di televisi. Para pejabat kita dengan enteng tetap lanjut rapatnya mesti sudah masuk waktu sholat. Mereka ini kan pejabat, punya kuasa untuk menentukan kalau sekarang stop, sholat dulu saja. Lantas mengapa mereka tidak melakukannya?

Kemudian, kejadian di sekitar saya, atau mungkin kita. Saya melihat beberapa pejabat sering sholatnya mepet-mepet. Justru para OB dan pekerja ‘kelas rendah’ yang sholatnya tertib. Tentu tidak semuanya seperti itu. Hanya saja, bukankah para pejabat/pemimpin itu harusnya bisa menjadi contoh bagi mereka yang dipimpin dan dengan tanggung jawab yang semakin besar bukankah mereka harusnya semakin mendekatkan diri kepada pencipta-Nya?

Saya pikir benar adanya jika ada yang mengatakan bahwa sekarang ini seringkali sholat hanya dilakukan untuk menggugurkan kewajiban. Sholat Dzuhur jam setengah 3, Ashar jam 5, Maghrib jam 7, dsb. Bukankah ini namanya ‘pelecehan’ terhadap sholat? Kita ini kalau terlambat datang ke ujian/rapat saja paniknya bukan main. Tapi giliran kita harus menghadap kepada-Nya, kita santai-santai saja.

Saya pernah mendengar khutbah Jumat yang cukup menarik. Dalam khutbah tersebut, khatib mengatakan bahwa ada seorang laki-laki yang selama hidupnya mendapatkan kesenangan dunia. Dia tidak pernah merasa susah/sedih di dunia. Kemudian, dia dimasukkan ke neraka, hanya beberapa detik. Setelah itu dia ditanya bagaimana rasanya di neraka. Si laki-laki menjawab bahwa semua kesenangan di dunia yang ia dapatkan sebelumnya hilang tak berbekas, seolah-olah ia tidak pernah mendapatkan kesenangan tersebut.

Di lain waktu, ada laki-laki yang selama hidupnya selalu menderita. Penuh dengan kesusahan. Kemudian ia dimasukkan ke dalam surga. Hanya beberapa saat. Ketika ditanya, ia mengatakan bahwa ia serasa tidak pernah menderita sama sekali di dunia. Surga yang hanya beberapa detik itu telah membuatnya melupakan seluruh penderitaannya di dunia.

Isi khutbah tersebut sangat mengena di hati saya. Mungkin di dunia ini kita harus menghabiskan tenaga dan waktu untuk ibadah. Mungkin terkadang lelah rasanya harus melangkahkan kaki ke masjid, harus bangun pagi-pagi untuk sholat Shubuh, harus meninggalkan kegiatan yang kita senangi untuk sementara. Namun, yakinlah, semua rasa lelah itu akan kita lupakan ketika kita mendapat balasan yang baik di akherat nanti.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Bagus artikelnya, cuman sebaiknya dicantumkan juga sumbernya.

Posting Komentar