Minggu, 12 Juni 2011

Watashi wa nusumu tsumori da

Oh, ceritanya... bikin haru, romantis, andai aku ada di posisinya matsuri n dic**m sama Gaara-Sama,, wuah melambung hati ini.. Ayo baca baca.. Bagus loh.. Persembahan dari hati untuk ke hati(??)



"Gaara-sensei~" teriakku sambil melambai pada guruku sore itu. Ya, sore yang kunanti, aku tak sabar ingin diajari guruku yang sempurna itu, menurutku. Hatiku berdebar, ini yang dari kemarin kunantikan.

"Ya?"

"Hosh, hosh, bisa ajari aku ini? Hhi." aku merogoh kantong senjataku dan mengeluarkan senjata yang entah apa namanya, aku pun lupa. Tapi jika guruku yang tampan itu tahu aku lupa nama alat ini pasti dia akan berkata 'bodoh'. Aku pun hanya bisa tersenyum sendiri.

"Hm" katanya sambil ngambil senjata yang aku sodorkan padanya, "Ikut aku."

Ia berjalan duluan, aku pun mengikutinya disusul oleh teriakanku "Ya, sensei" Sepanjang jalan aku hanya berani berjalan dibelakangnya. Beberapa kali aku mencoba memberanikan diriku untuk berjalan disampingnya, tapi, aku malu, mungkin inilah cinta pertamaku.

Gaara-sensei menghentikan langkahnya tiba-tiba, reflek, aku pun ikut berhenti.
"Mau sampai kapan berjalan dibelakangku?" katanya tiba-tiba sambil menoleh ke arahku.

'Sempurna' hanya itu yang berada difikiranku, pandanganku tertuju pada wajahnya, matanya, bibirnya.

"Bisa jawab aku?"

"Ah, maaf sensei." kutundukkan kepalaku sesaat.

"Ayo jalan." lanjutnya.

"Eh?"

'sejak kapan Gaara-sensei disampingku?' pikirku.

"Ba.. Baik sensei." sahutku sekenanya. Gaara-sensei disampingku, berjalan lurus tanpa menoleh kebelakang atau kesamping. Pandangannya tajam, ingin rasanya aku menatap matanya langsung, tapi ya, itu tadi, keberanianku tidak cukup untuk melakukan hal semudah itu.
Disaat aku terlarut dalam lamunanku, suara lembut seorang wanita memecah lamunan dan semua bayanganku tentang sensei-ku itu.

"Gaara-kun~"

'Kun?' pikirku sesaat. 'Siapa dia? ' Aku membalikan badanku dan mendapati wanita muda berkulit putih dan berambut indigo yang tersenyum manis pada guru kesayanganku itu.

"Ya, Hinata-chan? Ada apa?"

'Apa? Chan?' kesal, marah, itu yang kurasakan saat Gaara-sensei membalas lembut panggilan wanita itu. Ia tak pernah memanggilku dengan embel-embel 'chan', dia pun tak pernah memanggil namaku. Iri! Aku sangat iri.

"Tidak, aku hanya ingin berjalan-jalan denganmu sebentar, tapi-" wanita itu menghentikan ucapannya saat melihat wajah polosku yang terseyum disamping tubuh Gaara-sensei, "Kau sedang mengajar, ya? Mungkin lain waktu." lanjutnya.
Senang, sedikit itu yang kurasakan saat wanita itu mengatakan 'lain kali'.

"Tak apa, kau bisa menungguku saat melatih muridku? Setelah itu kita bisa berjalan-jalan. Itu pun jika kau mau?" tawar Gaara-sensei.

"Tentu" katanya sambil tersenyum, wanita itu pun menghampiri kami. Lalu menyodorkan tangannya untuk berkenalan denganku.

"Kita belum berkenenalan, Hinata" katanya sambil tersenyum padaku.

"Ma.. Matsuri, Hinata-sensei" aku pun dengan segera menyambut tangan Hinata-sensei, dan bersalaman beberapa saat.

"Tidak, tidak, cukup panggil Hinata atau apa pun, aku tidak suka dengan julukkan sensei" katanya sambil melepaskan jabat tangan kami.

"Ya, Hinata-neechan. Bagaimana?"

"Itu lebih baik" tanggapnya cepat.

"Ya, senang berkenalan. Nee-chan manis" lanjutku, tak bisa aku hindari bahwa Hinata-neechan memang manis.

"Aku juga, terima kasih" katanya, pandangannya langsung beralih kepada Gaara-sensei.

"Ayo jalan, aku ingin cepat menghabiskan sore bersamamu" Tidak dapat kupungkiri lagi, sesuatu yang membuatku ingin menampar wanita ini.

'Gaara-sensei milikku!' bisikku dalam hati.

"Baiklah, a-"

"Maaf memotong sensei" ucapanku menghentikan omongan Gaara-sensei.

"Kita berlatihnya esok hari saja, ya? Sensei kan harus menemani kekasih sensei~ yang tercinta ini, hhi" jelasku sambil menatap wajah mereka berdua sambil tersenyum. Sebuah senyum palsu.

'Jangan! Jangan menangis sekarang! Memalukan!' aku berusaha menguatkan diriku.

"Bagaimana kau tahu, Matsu-chan?" tanya Hinata-neechan.

"Tentu~ kalian mesra sekali~ aku jadi iri, hehe"

'Tahan sebentar lagi, aku harus kuat!'

"Tak apa, lagi pula kau tidak keberatan kan Hinata-chan" Gaara-sensei lalu melirik Hinata-neechan.

"Ya, tenang saja. Aku masih punya banyak waktu."

"Ahaha, tidak ah, aku takut mengganggu~" Aku mulai berjalan mundur "Tak apa, jalan-jalan saja dulu~ Aku permisi, yaaaaa? Selamat bersenang-senang~" Aku segera membalikkan badanku dan berlari sekencang-kencangnya. Basah, air mataku jatuh. Aku meninggalkan mereka berdua yang tengah bingung karena tingkah lakuku.

"Matsu-chan~ hati-hati, ya?" Teriakkan Hinata-neechan masih bisa terdengar olehku.

"Yaa~" teriakku dari jauh tanpa menoleh ke arah mereka.

'Aku tak ingin melihat mereka berdua! Aku benci! Aku iri! mengapa Gaara-sensei harus dengannya!'

Aku berlari entah kemana, aku tak ingin melihat sekitar yang seakan mengolok-olok ku, hancur. Itu yang kurasakan, semua hatiku mungkin akan hancur. Aku tak memikirkan apa pun lagi. Kosong.

BRUUKK

"Ah~" Aku tersandung, terjatuh. Aku menangis.

Menangis.

Bukan karena jatuh. Tapi karena sakit yang entah muncul dari mana.

"Ternyata tak bisa" kataku pelan.

"Hujan?" Aku menoleh keatas. Apa langit merasakan apa yang aku rasakan? Dingin, sendiri, marah, kecewa? Kubiarkan hujan menemaniku hingga Sang Bulan datang.

"Aku benci perasaan ini! Ada apa denganku?" tangisanku mengisi kesunyian malam itu. Angin malam mulai berhembus. Tubuhku mulai lemas, kusandarkan tubuhku pada pohon terdekat. Kujatuhkan badanku yang sudah tak kuat lagi.

SREEK.

"Siapa itu!" teriakku, sebisa mungkin kutengokkan kepalaku.

'Gaara-sensei?' pikirku setelah melihat sosok gagak berdiri di belakang pohon tinggi.

"Sedang apa kau disini?" Ia melihat tubuhku yang basah kuyub "Kau?" Gaara-sensei melangkah menghampiriku. Tapi, tanganku bergerak dan melemparkan kunai ke tanah terdekat pada Gaara-sensei.

"Berhenti disitu! Aku baik-baik saja. Lebih baik sensei temani Hinata-neechan"

"Bodoh!"

Aku mencoba berdiri dan berjalan. Aku tidak mau Gaara-sensei mengasihaniku, "Aku permisi, sensei" belum mencapai satu menit tubuhku sudah terjatuh lagi. Aku tahu aku tak bisa. Tapi aku harus bisa.

"Mau sampai kapan kau memaksakan tubuhmu itu?" tanya Gaara-sensei dari samping pohon dibelakangku.

"Entah. Permisi sensei"

"Baiklah"

Aku terus berjalan hingga sampai dirumahku. Rumah kecilku. Belum sempat aku membuka pintu. Tubuh kecilku terjatuh kembali.

Sinar matahari menerobos jendela kamarku, mau tak mau, mataku harus terbuka.
"Engh?" kudapati tubuhku sudah berada di kasur empukku. Pakaianku sudah terganti dengan piamaku.

"Apa yang? Tadi malam?"

Kring.. Kring..

"Alarm? Astaga aku telat!" buru-buru aku mencuci muka dan mengambil semua peralatanku lalu berlari menuju sekolah.
Ditengah perjalanan seseorang memanggilku dari belakang.

"Matsuri~"

"A? Apa? Siapa?" Tengokku mencari arah dari suara yang memanggilku.

"Oh, Temari-sensei. Ada apa?" aku berlari menghampiri Temari-sensei.

"Lain kali jangan keluar malam sambil hujan-hujanan. Oh ya? Pakaian basahmu sudah kering, nanti ambil sepulang sekolah, ya? Untung Gaara memberitahuku" katanya.

"Hah? Oh ya? Baik sensei. Terima kasih. Aku permisi." Setelah bmengobrol ria selama beberapa menit, aku pergi, hatiku tidak tenang 'Ada apa ini?' pikiranku kacau.

'Jadi? Tadi malam itu? Aku harus menemui Gaara-sensei' Aku berlari mengelilingi akademi sambil mencari Gaara-sensei. Aku harus berterima kasih padanya, juga minta maaf.

'Ah, itu dia'

"Gaa-" belum sempat aku memanggil namanya aku sudah menutup mulutku dan mengurungkan niatku.

Mengapa?

Kulihat Gaara-sensei sedang memeluk Hinata-neechan yang sedang menangis.

Manisnya.

Aku hanya bisa terpaku, air mataku lagi-lagi mengalir.
'Mengapa aku harus melihatnya?'
Aku harus pergi. Tapi langkahku berat. Apa yang harus aku lakukan?

BRUKK

Aku menjatuhkan diriku ke tanah. Aku terduduk ditanah, terpaku melihat mereka.
"Hhi, percuma. Aku tak mungkin bisa masuk diantara mereka. Mustahil. Apa aku harus melupakan dia?" ku angkat tubuhku, aku berjalan gontai menuju ayunan dihalaman belakang sekolah, tempat biasa aku menyendiri dan menangis.
Aku lalu terduduk didekat ayunan, menangis sejadinya. Berteriak sebisaku, memukul apa yang ada, menusukkan kunai ketanah berkali-kali meski terkadang mengenai bagian tubuhku hingga darah segar mengalir.

Sakit memang, tapi yak sesakit hatiki yang terobek ini.

"Hiks, apa yang terjadi padaku! Matsuri si gadis bodoh yang berharap memilikki orang se-sempurna dia! Mustahil. Aku bodoh! Sangat! Hiks" aku mengeluarkan semua emosiku disela-sela tangisku.

"Lagi-lagi bertindak bodoh, huh?"

'Suara ini?' aku segera menghapus air mataku. Mengganti tangisanku dengan senyuman palsu yang biasa aku berikan saat Gaara-sensei sedang bersama Hinata-neechan. Aku segera membalikkan badanku dan menyambut sensei dengan senyumanku.

"A.. Aku tak apa-apa, sensei, hehe.. Tenang saja" kubentuk tanganku menjdi huruf V sambil menjulurkan lidahku, brtindak seolah tak ada apa pun yang terjadi.

"Kalau mau berbohong pintar sedikit nona." Gaara-sensei melirikkan matanya kearah luka dikakiku.

"Eh?" Ia lalu beranjak dari tempat dia semula dan menghampiriku, berhenti tepat didepanku. Dada bidangnya yang terbalut jubah dan pakaian tepat berada di depan mataku. Ku dongkakkan kepalaku dan melihat mata tajamnya menatapku.

"Duduk"

"Tapi sensei-"

"Duduk!"

"Ba.. Baiklah" akhirnya pun aku duduk di ayunan itu, membiarkan sensei membalut lukaku.

"Terima kasih sensei, yang kemarin juga. Lalu maaf soal-"

"Lupakan"

"Tapi mengapa?"

"Haruskah aku berkata dua kali agar kau mengerti?"

"Tidak, ma.. Maafkan aku" aku hanya bisa menunduk.

"Dan bisa kah berhenti meminta maaf?"

"Aku, ma- ehm, sensei?"

"Hn?" Aku tak berpikir panjang, kubiarkan bibirku bertemu dengan bibir milik sensei-ku. Aku tak perduli lagi. Aku tak bisa menahan semua ini lagi. Aku pun melepaskan ciuman kami.

"Aishiteru" kupeluk erat tubuh sensei-ku, aku tak ingin melepaskannya. Diluar dugaanku, Gaara-sensei membalas pelukanku.

"Aku mengerti" ucapnya singkat. Dia mengizinkanku untuk menikmati hangat tubuhnya sesaat. 'Hangat. Aku ingin memelukmu walau sesaat, jika bisa aku tak ingin melepaskanmu. Aku hanya ingin kau selalu bersamaku'

Air mataku yang kusembunyikan tadi tak sanggup lagi ku bendung, aku menangis di pelukkannya. Dia. Orang yang kucintai, tapi tak dapat kumiliki. Ironis. Biarlah, mungkin ini jalanku. Kubuang semua pikiran iu sesaat. Sekarang hanya Gaara-sensei yang berada dipikiranku.

"Hentikan tangisanmu itu, bodoh"

"He'em" hanya kata itu dan anggukan yang dapat kulakukan.

Suasana hening, yang terdengar hanya tangisanku, lalu…

"Ga.. Gaara-kun?" Gaara-sensei menoleh kesumber suara.

"Hinata-chan?" Kami berdua segera melepaskan pelukkan kami dan segera berdiri.

"Ka.. Kalian?"

"Hinata, ini-" Gaara-sensei mencoba menjelaskan apa yang terjadi, tapi..

PLAK!

Sebuah tamparan manis mendarat di pipiku. Aku tak melawan. Karena ini salahku. Kuakui itu.

"Kau! Kau sudah kuanggap adik sendiri! Tapi mengapa kau seperti ini padaku! Dan kau Gaara, aku kecewa padamu"

"Hinata-neechan, tunggu ini salahku, Aku yang memaksa Gaara-sensei, maaf"

"Apa! Pergi! Aku tak ingin melihatmu lagi!"
Marah, aku mengerti perasaan Hinata-neechan. Aku membalikkan badanku dan berjalan perlahan.

"Matsu?"

Langkahku terhenti. Seperti biasa, aku membalikkan badanku lari sejauh mungkin, tersenyum dari kejauhan sambil menangis dan berkata..

"Aishiteru Gaara-kun"

Aku memberikan isyarat agar Gaara-sensei memeluk Hinata-neechan. Dan Gaara-sensei mengerti maksudku. Ia pun memeluk Hinata-neechan.

Aku segera berlari, membiarkan luka yang dibalut oleh sensei-ku terbuka kembali. Inilah aku. Aku berhenti, lalu menatap langit yang terbuka.

"Aku akan merebutmu Gaara."

sumber : fanfiction.net

3 komentar:

ari mengatakan...

mantaf :D

Anonim mengatakan...

ashiteru, gaara-sama.. loph you..

tralala... mengatakan...

Ada yang tahu gak arti "watashi wa nusumu tsumori da".. aku yang ngepost ni gak tahu artinya apa.. please dong.. beneran penasaran nih..

Posting Komentar